Belajar di surga. Kalimat itu yang pertama kali muncul di dalam benak saya, ketika mendapat pengumuman bahwa saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali. Bali, pulau yang selama ini digandrungi para pelancong dari seluruh dunia, akan menjadi halaman bermain saya selama saya mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Bali, yang keindahannya sering disamakan dengan surga di atas dunia, akan menjadi tempat belajar sekaligus tempat berlibur saya, setiap harinya.
Berkuliah di Bali amat sangat menyenangkan. Setiap saya memiliki waktu luang, saya bisa memanfaatkannya untuk mengunjungi keindahan-keindahan alam dan budaya yang sulit ditandingi tempat-tempat lain di dunia. Tentu bukan tanpa alasan bila Bali seringkali masuk ke dalam jajaran pulau-pulau terindah di dunia. Salah satu destinasi favorit saya di Bali adalah Bali Bird Park. Sebuah taman indah di mana kita bisa menikmati segarnya alam, sambil melihat unggas-unggas langka yang terdapat di sana. Bahkan, kita juga bisa berfoto bersama mereka yang sangat jinak dan ramah terhadap para pengunjung.
Di sela-sela kesibukan kuliah, saya beberapa kali menyempatkan untuk menyegarkan kembali pikiran saya dari kepenatan dengan cara berkunjung ke hutan mangrove. Letaknya yang tidak begitu jauh dari pusat kota, membuat tempat ini menjadi salah satu tempat wisata yang paling suka saya datangi. Hutan yang hijau dan menuju laut bisa kita nikmati dengan menyusuri jalan setapak yang begitu alami.
Nah, pada saat masa liburan tiba barulah saya memuaskan diri sepenuhnya untuk berkeliling menikmati pesona Bali. Apalagi waktu itu ibu saya datang mengunjungi saya dari Jakarta, jadilah saya sebagai pemandu wisata dadakan bagi Beliau. Kami mengunjungi sebuah kawasan wisata terkenal, Bedugul. Sebuah pura mahsyur menjadi latar belakang foto kami, Pura Ulun Danu. Bedugul juga memiliki sebuah kawasan konservasi yang diberi nama Kebun Raya Bedugul. Udaranya amatlah sejuk dan bersih. Jauh mengalahkan keasrian hawa sejuk di Puncak, Jawa Barat misalnya.
Saya juga mengajak ibu saya jalan-jalan ke bagian selatan Bali. Menyaksikan patung megah Garuda Wisnu Kencana, yang sangat detil dan indah. Patung ini akan memiliki ukuran yang lebih besar dari Patung Liberty di Amerika Serikat apabila sudah selesai pengerjaannya nanti. Karena lokasinya yang dekat, hari itu juga kami berkunjung ke Uluwatu. Sebuah tebing besar di tepi laut yang sangat mendunia. Bagi Anda penikmat angin laut, Anda akan puas merasakan hembusan dahsyatnya di sini. Uluwatu juga menyajikan pemandangan langit yang magis. Mencengangkan.
Orang tua yang masih berdomisili di Jakarta, membuat saya sering melakukan perjalanan bolak-balik Jakarta-Denpasar-Jakarta. Dan pilihan maskapai penerbangan saya hanya satu, yaitu Garuda Indonesia. Kenyamanan adalah hal yang paling penting bagi saya. Hanya bersama Garuda Indonesia saya mendapatkan itu. Ketepatan jadwal penerbangan, hiburan di dalam pesawat, keramahan pramugari sampai makanan yang enak hanya saya temukan di maskapai kebanggaan indonesia ini.
Pandji Pragiwaksono adalah salah satu orang paling berjasa dalam hidup dan karir stand up comedy saya. Tur Beliau, Merdeka Dalam Bercanda (Bali) merupakan show stand up comedy pertama yang saya tonton secara langsung. Sebelumnya saya hanya bisa menyaksikan aksi Bang Pandji dari video di Youtube dan DVD Bhinneka Tunggal Tawa yang saya beli melalui wsydnshop. Saya ingat sekali waktu itu saya duduk di barisan paling depan. Selama satu setengah jam lebih saya tertawa sampai menangis. Bukan cuma itu, saya juga mendapat banyak pencerahan dari materi-materi Beliau yang begitu berisi dan menggugah. Saya terhibur sekaligus menambah wawasan di saat yang sama. Tapi yang lebih besar pengaruhnya adalah malam itu, saya seperti merasa mendapat keyakinan bahwa saya ingin ber-stand up comedy. Saya ingin berkarya di bidang ini.
Butuh dua bulan bagi saya menginkubasikan keyakinan dan semangat sampai akhirnya pada akhir Mei 2012, saya mencoba naik panggung openmic pertama kali saya. Semenjak saat itu saya serius dan bekerja keras dalam stand up comedy. Beberapa kali pun saya berkesempatan bertemu lagi dengan Bang Pandji. Selalu banyak hal yang saya pelajari dari Beliau, satu hal yang paling menempel adalah kerja keras.
Kerja keras saya tidak selalu mulus. Berkali-kali saya gagal mengikuti audisi maupun perlombaan. Berkali-kali juga saya gagal melucu di atas panggung. Tapi saya tidak pernah berhenti berjuang. Sampai akhirnya di awal tahun 2013, kerja keras saya terbayar lunas. Pandji Pragiwaksono, idola saya sendiri, mengajak saya untuk menjadi pembuka tur terbarunya. Saya terpilih menjadi pembuka Mesakke Bangsaku di kota Solo yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2013.
Selama tur di Solo, lagi-lagi saya belajar banyak hal dari Beliau. Baik mengenai teknis stand up comedy maupun dalam hidup secara umum. Saya sendiri sangat terkagum-kagum saat menyaksikan materi-materi Mesakke Bangsaku. Saya tak habis pikir bagaimana caranya materi yang begitu berat dapat dibungkus secara sangat amat lucu dan menghasilkan tawa yang luar biasa besar.
Nah, saat Mesakke Bangsaku berkunjung ke Bali, saya pun turut terlibat sebagai bagian dari komunitas StandUpIndoBali untuk turut membantu berlangsungnya Mesakke Bangsaku Bali. Selain menjadi pendamping rombongan tur selama di Bali, saya pun turut naik sebagai host saat itu. Saya ingat sekali, seluruh penonton Bali macam itu pecah berantakan dan salut atas hebatnya Pandji Pragiwaksono dengan Mesakke Bangsaku-nya.
Bila diingat lagi, semua seperti mimpi. Saya yang dulu hanyalah penonton di barisan paling depan, akhirnya mampu menjadi penampil di depan penonton. Kerja keras dan keberanian bermimpi yang saya pelajari dari Bang Pandji membuat saya sadar bahwa bukan "semua seperti mimpi" tapi "semua berawal dari mimpi". Terima kasih, Pandji Pragiwaksono. Saya tak sabar untuk belajar lebih banyak lagi. Saya akan selalu ingat kalimat "Believe in the Process!". FAAIIIIIIGGK!
Sumber foto:
- Dokumentasi pribadi
- Foto dengan label PIO adalah milik @piokharisma, fotografer tur Mesakke Bangsaku
Jadi pengen menjadi komika. Sukses terus buat koh Liant.
BalasHapus