Kamis, 18 Juni 2015

Minions (A Review)


Kemarin adalah hari pertama Minions tayang di Bali (dan Indonesia?), gue pun langsung nonton di jam tayang pertama di bioskop kesayangan gue. Dan gue kecewa.

Gue suka franchise Despicable Me dari filmnya yang pertama, itulah kenapa gue begitu menggebu pengen cepet-cepet nonton film Minions ini. Komedi  dan keimutan karakter-karakter di Despicable Me sangat menghibur dan terasa segar buat gue. Sayangnya, di Minions hal itu nggak muncul.

Minions hanya mengandalkan kekuatan franchise dari film-film sebelumnya. Sebenarnya, premis yang diangkat bagus banget, cuma eksekusi dalam penulisan komedinya parah. Keimutan dan bahasa para Minions jadi andalan untuk menciptakan tawa di film ini. Namun, sayangnya hanya sampai situ aja. Keimutan film ini pun jelas berkurang karena Agnes memang nggak ada dalam film ini.

Komedi dari percakapan dan situasi yang ada terasa gersang. Beda dengan dua film sebelumnya yang bisa dinikmati penonton anak-anak dan dewasa, mungkin Minions lebih cocok untuk dinikmati anak-anak aja. Gue pribadi nontonnya sampe ngantuk. Di awal gue sempat "berusaha" tertawa karena punya harapan yang besar sama film ini. Nggak jarang dalam hati gue bergumam, "Masih awal nih, lucu bangetnya pasti entar." Gue berharap kayak gitu sampe bosen sendiri. Beberapa kali gue sampe jatuh tertidur.

Gue ngantuk dan ketiduran bukan karena gua yang sering begadang ya. Berdasarkan pengalaman gua, film yang menarik selalu berhasil memompa adrenalin gue dan bikin konsen nontonnya. Apalagi kalo sampe tertawa terbahak-bahak. Minions memang, harus gua katakan, membosankan.

Rating: 5,5/10


Rabu, 17 Juni 2015

Sudah Pernah Nonton Pandji Belum?


Foto di atas adalah foto bareng pertama saya dengan Bang Pandji. Hari Jumat, tanggal 11 Mei 2012 tepat setelah saya selesai menyaksikan stand up special pertama seumur hidup saya, yaitu Merdeka Dalam Bercanda.

Saya masih ingat betul, waktu itu saya baru kenal dengan stand up comedy. Nonton langsung openmic saja belum pernah. Ketertarikan saya pada stand up comedy baru sebatas rajin menggilir video-video stand up comedy di Youtube. Stand up comedy saya jadikan hiburan dalam keseharian saya, tidak lebih.

Saya beruntung, awal ketertarikan saya terhadap stand up comedy mendapat kesempatan menonton special show secara langsung. Tur pertama Pandji Pragiwaksono, Merdeka Dalam Bercanda mampir ke kota tempat saya merantau menimba ilmu, yaitu Denpasar. Sebelumnya, saya memang suka dengan video-video stand up Pandji di Youtube. Sejak menonton Pandji stand up tentang ganja, saat itu juga saya menyukai materi dan gaya stand up dari Pandji Pragiwaksono. Maka, begitu mendapat info soal MDB Denpasar, saya langsung membeli tiketnya. Apalagi, waktu itu harga tiket stand up comedy masih murah sekali, hanya Rp 35.000, 00 saja.

Pada hari H, saya datang jauh lebih awal dari waktu mulainya acara. Sejak awal saya mengincar kursi paling depan. Saya ingin bisa secara dekat dan jelas menikmati stand up special secara langsung untuk pertama kali. Akhirnya, saya pun duduk paling depan, tepat berhadapan dengan bagian tengah panggung. Keputusan yang sangat tepat.

Acara pun dimulai dan berlangsung selama 1 jam 45 menit (Saya ingat betul karena selesai tampil Bang Pandji menanyakan soal durasi tampilnya ke saya. Ditanyain gitu aja seneng banget waktu itu, norak abis ya.) Dan selama 1 jam 45 menit juga saya tak berhenti tertawa sampai menangis dan wajah saya memerah. Saya pun takjub.

Saya takjub dan bergumam, " Oh, begini ya stand up comedy yang sebenarnya!" Saya takjub melihat bagaimana seorang penampil bisa membuat orang tertawa dalam durasi selama itu. Saya takjub bagaimana seorang penampil bisa berpendapat kritis dan lucu dalam waktu bersamaan. Takjub!

Selepas Merdeka Dalam Bercanda Denpasar, pandangan saya terhadap stand up comedy pun melayang tinggi. "Keren banget", pikir saya. Ini adalah salah satu jalan yang bisa membuat seseorang menyampaikan pendapatnya sekaligus menghibur orang lain. Menjadi keren dan lucu dalam satu kemasan! Tekad saya untuk mendalami stand up comedy pun langsung bulat. Mulai hari itu saya langsung ikut #OpenmicBALI dan bergabung dengan @StandUpIndoBALI.

Sejak Merdeka Dalam Bercanda Denpasar tanggal 11 Mei 2012 sampai hari ini, saya tidak pernah berhenti belajar stand up comedy. Menulis materi, ikut openmic, menonton stand up show langsung, mengoleksi DVD stand up, membaca buku stand up, ikut workshop public speaking, dll. Semua untuk satu tujuan, punya spesial dan tur sendiri seperti Merdeka Dalam Bercanda.

Merdeka Dalam Bercanda yang membuat saya yakin bahwa stand up comedy itu keren, lucu dan patut dibanggakan. Bahkan saya pernah berargumen dengan seorang gebetan saya karena ini. Dia berpendapat bahwa, cowok yang lucu itu nggak bisa keren, begitu juga sebaliknya. Kebetulan, dia berpendapat begitu tak jauh setelah MDB Denpasar (Dia tidak berkesempatan hadir). Praktis, saya langsung ingat moment saya menonton MDB. Dengan lantang saya jawab, "Bisa, kok!"
Akhirnya kami nggak jadi pacaran.

Sampai hari ini juga saya masih percaya bahwa Pandji Pragiwaksono adalah seseorang yang pantas dijadikan teladan. Seseorang yang bisa dijadikan sosok terdepan dalam stand up comedy di Indonesia. Dan sampai hari ini juga kalau ada yang bilang, "Stand up comedy mah gak lucu!" atau " Stand up comedy mah paling ngomongin jomblo dan alay doang!" selalu saya jawab dengan, "Sudah pernah nonton Pandji belum?"